Meskipun di era sekarang hampir semua barang-barang rumah tangga terbuat dari bahan antipecah seperti logam atau plastik, sebagian ibu di Kabupaten Rembang masih setia menggunakan gerabah.
Kota penghasil garam ini masih memiliki beberapa usaha pembuatan aneka gerabah. Mulai kuali, kendil, wajan, genthong hingga jun yang semuanya dibuat dari bahan baku tanah liat.
Meski perkembangannya cenderung stagnan, namun para perajin gerabah ini tak pernah berhenti beraktivitas untuk mempertahankan usahanya. Seperti pengakuan para perajin genthong (tempat air) di Desa Kabongan Kidul dan Sidowayah, keduanya di Kecamatan Kota Rembang. Mereka umumnya mengaku tak kesulitan memasarkan hasil produksinya.
Hanya, desain produknya dari tahun ke tahun tak pernah
berubah. Dari sejak awal membuat gerabah sampai saat ini, mereka hampir tidak pernah melakukan inovasi pada model gerabah. Sebenarnya mereka membuka diri untuk membuat gerabah dengan model lain, namun hanya sebatas kalau ada pesanan.
berubah. Dari sejak awal membuat gerabah sampai saat ini, mereka hampir tidak pernah melakukan inovasi pada model gerabah. Sebenarnya mereka membuka diri untuk membuat gerabah dengan model lain, namun hanya sebatas kalau ada pesanan.
Menurut warga yang menjadi konsumen "setia" gerabah, bila dilihat bentuknya, perkakas dapur buatan warga Kabongan Kidul dan Sidowayah itu kurang menarik, karena tak bernilai seni.
Dari segi kualitas, produk gerabah juga kalah jauh dengan barang-barang yang terbuat dari plastik atau logam, karena mudah pecah bila terjatuh atau kena benturan.
Namun, di balik kekurangan itu ada beberapa kelebihan, diantaranya perkakas dapur dari tanah liat sangat baik untuk menyimpan air. Semakin lama air tersimpan, rasanya kian segar. Jika digunakan memasak, lebih sedap.
Persoalan akan timbul ketika jumlah pesanan meningkat. Mengapa, karena mereka menyadari bahwa tak setiap orang mampu memproduksi aneka gerabah dalam jumlah besar. Sebagai ilustrasi, untuk membuat genthong, satu hari paling dapat lima hingga tujuh buah. Itu pun dalam keadaan setengah jadi, karena masih harus dikeringkan dan dibakar.
Pendampingan berbagai pihak untuk perbaikan teknologi produksi, inovasi desain, bantuan modal maupun akses pemasaran perlu dilakukan agar kelangsungan produk gerabah warisan leluhur mereka tetap terjaga sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.