Regenerasi Pembatik Lasem


Perkembangan industri batik Lasem yang menggembirakan pada tahun-tahun terakhir ini tidak sejalan dengan pertambahan buruh batik yang terampil. Tercatat penurunan jumlah buruh batik selama tahun 2003 sampai tahun 2006 yaitu 48 orang. Penurunan jumlah buruh batik yang cukup banyak ini karena buruh batik tersebut meninggal dunia. Hal ini dapat dimaklumi karena sebagaian besar buruh batik adalah wanita berusia lanjut (antara 50-80 tahun).
Keadaan ini sangat mengkhawatirkan para pengusaha batik Lasem, karena tidak ada proses regenerasi perajin batik. Para generasi muda umumnya mencari bidang pekerjaan di luar industri batik setelah mereka lulus sekolah. Keprihatinan ini
mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang dan Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang. Salah satu upaya agar industri batik Lasem tidak punah karena kekurangan tenaga pembatik yang terampil, di sekolah-sekolah telah di tetapkan mata pelajaran ketrampilan membatik sebagai muatan lokal. Namun demikian, inisiatif pendidikan budaya dan keterampilan batik tulis ini terhambat karena kesulitan mencari tenaga ahli dan pengajar yang berkompeten di bidang seni batik Lasem. Terlepas dari berbagai  kendala untuk pengadaan program regenerasi batik Lasem, upaya untuk mengadakan pelatihan di berbagai sekolah dan madrasah di desa tempat asal pembatik perlu ditingkatkan di masa yang akan datang. Peningkatan jumlah tenaga kerja batik juga perlu diperhatikan untuk menghindari kemungkinan terjadinya persaingan tidak sehat antarpengusaha batik dalam memperebutkan tenaga kerja terampil batik tulis yang jumlahnya terbatas.
Pengusaha batik Lasem sampai tahun 1970-an  tercatat  sebagaian besar adalah pengusaha etnis Cina. Pengusaha batik Lasem etnis Cina ini telah bekerja di industri batik secara turun-temurun. Pada tahun 1999 telah terjadi pergeseran lokasi dan komposisi etnisitas pengusaha batik Lasem. Saat ini di kota Kecamatan  Lasem telah muncul para pengusaha batik etnis Jawa yang cukup maju.